image :https://www.google.com |
Lagi dan lagi nama pemerintah tidak bisa dihindari ketika banyak
masalah yang terjadi di Indonesia, al hasil kesalah pahaman masih banyak timbul
dan perselisihan semakin bebas, apa lagi semenjak kebebasan berpendapat itu di
perbolehkan sejak tahun 1999 pada saat itu presiden yang menjabat ialah pak
Habibi, sering aku dengar nama itu. kebebasan berpendapat yang seharusnya di pergunakan
dengan baik dan bijak, disini malah di pakai untuk mengarah kepada penyudutun
antar orang maupun kelompok.
Entah apa yang sedang di pikirkan mereka ketika pendapat yang
telah mereka kemukakan tidak di terima dan ujung-ujung nya melakukan hal-hal
yang seharusnya tidak wajar dilakukan oleh seorang warga Negara yang baik,
apalagi sampai merusak kenyamanan umum. Tidak sedikit para pelaku yang mengatas
namakan masyarakat yang butuh keadilan itu dari kalangan akademisi yang
tergolong orang – orang aktifis yang sudah mengerti akan segala bentuk tatanan
aturan yang ada di Indonesia.
Sangat disayangkan kejadian ini tidak hanya terulang untuk sekali
- dua kali saja, apa dengan cara ini semua suara mereka di dengar oleh orang –
orang yang duduk santai dengan beralaskan uang rakyat di dalam ruangan ber-AC?
Tidak bisa menjamin semua suara mereka di dengar. Tak sedikit orang memandang
hal seperti ini sebagai hal yang wajar karena menurut sebagian orang ini adalah
cara terkhir dan bisa di sebut sebagai cara paing pamungkas untuk mengetuk hati
para wakil rakyat itu.
Saat itu semua terjadi ketika masalah terus melanda dan akhirnya “dia” sosok
utama yang katanya menjadi tolak ukur suara kami semua, ketika semua masalah
dan cara penyelesaiannya di luar batas kenormalan, diaakan mulai
berbicara dan ketika itu pula suaranya yang sangat di harapkan oleh kami
masyarakat yang butuh akan perhatian “anda” , suara bisingan dari
segala pihak saat itu terjadi terhiraukan, karena berharap semua keluh kisah ku
dan yang lain terdengar olehnya “sang penguasa tanah air tercinta”.
Namun, tidak seperti apa yang di inginkan oleh ku dan yang lain
bisa terwujud. Tapi dari situ aku mengerti bahwa dia sangat
berusaha. Sekali lagi suara kami semua sangat sulit untuk di dengar, tidak
peduli seberapa kerasnya kami melakukan hal ini, ya mungkin mereka mendengar
tapi mereka mendengar itu hanya sebagai nyanyian dari para pemalas.
Bukan dia yang duduk manis berlaskan uang rakyat. Kapan aku bisa
menikmati manisnya sapaan sang wakil ku di atas sana? Kapan aku bisa melihat
senyum wajahnya? Kapan aku bisa mengatakan langsung “kalian memang bukan
tuhan, tapi apa harus diam ketika aku dan yang lain menjerit meminta
pertolongan” ?
Itu hanya sebagian kecil kalimat yang tidak sepadan dengan
penderitaan yang sekarang di alami oleh kami semua. Aku di wajibkan untuk
memilih pada tahun ini, memilih wakil ku dan pemimpinku untuk 5 tahun kedepan,
tapi sampai saat ini aku belum bisa menentukan siapa dan bagaimana orang yang
pantas duduk sebagai “sang penguasa tanah air tercinta”.
Wakil rakyat, sosok yang di dambakan hampir bahkan seluruh
masyarakat Indonesia. Siapa sosok itu? apakah tuhan memang masih menyimpan
sosok yang memang pantas duduk di atas sana yang akhirnya mendengar semua suara
kami. Sampai saat ini dimana kami sudah pernah mempunyai berbagai wakil dari
kalangan yang berbeda-beda, tapi apa daya harapanku bahkan harapan kami semua
belum terwujud maksimal.
Aku tidak menyesal lahir sebagai warga Negara Indonesia, yang aku
sesali hanyalah apa yang telah mereka lakukan dengan segala sistem yang telah
mereka ciptakan itu, sudah sejauh mana? Apa lagi yang harus disalahkan?.
Ketakutan itu akan datang ketika semua terlihat sangat santai, ya itu pandang
kami semua. Tapia apa perlu semua kesalahan itu dilimpahkan kepada kami? Orang
– orang yang hanya terima beres dengan segala kerjamu, disana?
Apakah mereka lupa dengan kami? Karena sekarang mereka dapat
menikmati segala kesenangan yang sebelumnya mereka harapkan. Kami ijinkan
untuk anda menikmati itu semuna tapi kami minta tengok kami
yang ada disni, yang awalnya anda memberikan janji dan harapan
seakan seorang pahlawan yang datang untuk menyelamatkan kami dalam ruang
penjara.
Kerja keras yang kau lakukan untuk duduk dan berjanji menyuarakan
suara kami di atas sana, apa ini hanya sebuah permainan? Banyak sekali hal yang
tidak aku mengerti di balik layar sang wakil rakyat ku. Parlemen
yang kau impikan seperti hal nya kau memimpikan kami untuk memilihmu, parlemen
yang kau dambakan tapi tak seperti seruan janji awalmu.
Tarian dan nyanyian kemenangan telah kau suarkan namun suara dan
jeritan kami sama sekali tak kau hiraukan. Apa aku dan mereka salah meminta
sedikit belas dan kasih mu? Apa aku salah memintamu sedikit berbagi kesenangan
dengan kami? Dan APA AKU SALAH MEMILIHMU? /: /:/
Calam Rahmat (1994 ~ 2123)
0 komentar:
Posting Komentar