Jumat, 17 April 2015

KETIKA BARA TAK MENJADI API

"One Hundred day Jokowi-Jk"

Jokowi, menyapa ribuan relawan yang menghadiri konser 'Salam Dua Jari' di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (5/07/2014). Acara tersebut dihadiri ribuan relawan dan ratusan artis pendukung Jokowi-Jk.

Masih teringat jelas dalam memory publik bagaimana kala itu saat kampanye Pemilihan Presiden di Gelora Bung Karno (GBK). Euforia masyarakat benar-benar luar biasa dengan semangat Jokowi menyerukan janji-janji manis kampanyenya. Tepat pada 27 Januari 2015 terhitung sejak dilantik pada 20 Oktober 2014 Kabinet Kerja pemerintahan Jokowi-Jk sudah mencapai 100 hari kerja. Perjalanan pemerintahan Jokowi-Jk masih banyak mengundang hujan kritik dari berbagai elemen, disamping penerapan revolusi mental yang diusung untuk kabinet kerjanya.
Setelah dilantik memang sejumlah anggota kabinet pun langsung tancap gas. Seperti halnya yang dilansir liputan6.com, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, ia unjuk gigi dengan mengibarkan perang terhadap pencurian ikan di perairan Indonesia. Kerugian akibat pencurian ikan diklaim mencapai Rp 300 triliun per tahun. Dengan pengalaman nya dalam bisnis di bidang kelautan, Susi melakukan tindakan yang memang jarang dilakukan oleh menteri sebelumnya.
Sejumlah kapal asing pencuri ikan akhirnya diledakan dan 3 kapal asing asal Vietnam juga ditenggelamkan di Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau. Hal serupa juga dilakukan Menteri Susi pada 2 kapal berbendera Papua Nugini di perairan Ambon. Selain itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan juga menangkap kapal besar yakni kapal MV Hai Fa. Saat merapat di Pelabuhan Wanam Merauke, kapal berbendera Panama yang memiliki bobot mati 4.306 gross ton ini merupakan kapal terbesar yang berhasil ditangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Pembangunan pelabuhan pun mulai digenjot. Pelabuhan Muarajati di Kota Cirebon, Jawa Barat ini misalnya, yang akan segera dikembangkan dan diperluas menjadi 50 hektare mulai pertengahan 2015 dengan anggaran Rp 1,2 triliun. Pelabuhan ini nantinya bisa menampung lebih banyak kapal besar dan bisa menunjang Pelabuhan Tanjungpriok dan Semarang. Pelabuhan ini juga merupakan salah satu dari pengembangan 24 pelabuhan untuk menunjang poros maritim.
Di bidang transportasi, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan juga membenahi carut marut dunia penerbangan bermula dari kasus jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura. Saat persoalan izin penerbangan terungkap, pesawat AirAsia akhirnya dijatuhi sanksi karena melanggar izin penerbangan. Melalui investigasi lebih lanjut pelanggaran juga ditemukan pada 5 maskapai lain, yaitu Garuda Indonesia, Lion Air, Wings Air, Trans Nusa, dan Susi Air. Ke 5 maskapai tersebut beserta pejabat yang terlibat dikenakan sanksi, sementara 61 penerbangan dibekukan.
Dibidang pendidikan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan memutuskan menunda pelaksanaan Kurikulum 2013 di seluruh Indonesia dan kembali ke Kurikulum 2006. Selama masa penundaan para guru diberikan pelatihan agar benar-benar siap melaksanakan Kurikulum 2013. Menteri Anies juga memutuskan bahwa Ujian Nasional (UN) bukan lagi penentu kelulusan. UN hanya untuk pemetaan dan syarat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi sedangkan kelulusan siswa ditentukan oleh sekolah.
Sementara itu Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi mencanangkan gerakan penghematan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pejabat negara. Selain memangkas perjalanan dinas hingga Rp 16 triliun, Menteri Yuddy mengeluarkan aturan agar PNS tidak menggelar acara di hotel. Selain itu, pejabat negara juga tidak diperbolehkan menggelar resepsi mewah dengan pembatasan undangan maksimal 400 orang, atau ditambah 100 undangan untuk keluarga dan teman dekat.

Beberapa pencapaian memang telah dilakukan kabinet kerja Jokowi-Jk namun disamping beberapa keberhasilannya tersebut hujan kritik deras berdatangan. Dari analisis yang dilakukan di 6 media sosial oleh Plan C Institute yang dilansir Merdeka.com, dalam 100 hari kerja. trend pemberitaan media tentang Jokowi 22,2 persen positif, 5,6 persen netral dan 72,2 persen negatif.
Tak hanya itu pro-kontra pemilihan para menteri pun mencuat. Berdasarkan survei LSI pada 27-28 Oktober, sebanyak 74,75 persen responden menunggu kerja konkret 34 menteri Jokowi-JK. Masyarakat menunggu program-program prorakyat dari kabinet Jokowi-JK. Dari 1.200 responden yang disurvei, sebanyak 16,83 persen menyatakan tidak puas dengan menteri pilihan Jokowi-JK. Yang menyatakan puas lebih sedikit, sekira 4,46 persen.
Selain itu Lingkaran Survei Indonesia (LSI) juga menambahkan dalam sertaus hari kerja pemerintahan Jokowi-Jk 42,29 persen puas dengan kinerja pemerintah dan 53,71 tidak puas. menurun drastis dibanding dengan harapan dan dukungan saat terpilih menjadi presiden, bahkan saat itu harapan publik berada pada 71,73 persen dan sisanya tidak terlalu berharap. Survei dilakuakan pada 26-27 januari 2015 di 33 provinsi menggunakan quickpoll (smartphone LSI) denan metode multistage random sampling. total koresponden yang dilibatkan sebanyak 1200 orang dengan margin of error kurang lebih 2,9 persen
Kegaduhan di segala sektor terjadi, tidak hanya di bidang politik tapi juga merambah hingga ke bidang hukum, ekonomi dan sosial. Salah satunya dalam penempatan menteri-menteri yang menggawangi sektor ekonomi. Penyusunan kabinet sudah sarat akan metode bagi-bagi jabatan kepada mereka yang berjasa mengantar Jokowi melenggang mulus menuju Istana Negara. Seperti halnya pengangkatan Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri ESDM Sudirman Said serta jajaran direksi perusahaan plat merah pun masih menghiasi kursi “apik” di dalam kabinet kerjanya. Melihat situasi ini, bisa jadi Indonesia memasuki era mafia baru yang sarat akan balas jasa.
Sebagai seorang kepala negara dan kepala pemerintahan seharusnya Jokowi taat kepada konstitusi. Sejumlah sikap, keputusan, dan kebijakan yang dijalankan Jokowi selama menjabat sebagai kepala negara dianggap kontradiktif dengan konstitusi yang ada,  berbagai pihak menilai Presiden Jokowi lemah dalam hal penegakan hukum.
Sinar Jokowi mulai meredup, termasuk dimata relawannya selama kampanye pemilihan presiden tahun lalu. Beberara kritik pedas pun berdatangan padahal dari berbagai elemen. Kendali stir pemerintahan masih banyak di pertanyakan, padahal sudah jelas Jokowi mempunyai hak penuh untuk menjalankan roda pemerintahan saat ini. Namun nyatanya campur tangan Mega-Paloh masih terasa kuat mewarnai jalannya pemerintahan. Komunikasi politik yang dijalin Jokowi pun tak komunikasif kurangnya pengalaman dibidang politik menjadi faktor utama lemahnya ketegasan sang presiden.
Akar mulanya dari ketidakjelasan penggunaan tiga kartu sakti andalan Jokowi, diantaranya Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS). Kartu-kartu sakti tersebut menjadi masalah paling mendasar, mulai dari anggaran yang digunakan belum transparan serta sasaran nya pun masih belum jelas. Padahal tak perlu mengeluarkan berbagai kartu sakti asalkan anggaran yang digunakan tepat sasaran dan transparan yakin masyarakat akan terpenuhi kebutuhan sosialnya.
Padahal Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) digadang-gadang bisa mensejahterakaan 15 juta keluarga miskin di Indonesia ini bisa berjalan dengan tepat. Beberapa Rumah sakit mengeluhkan masih adanya masyarakat yang belum memahami program BPJS hingga mengalami hambatan pembiayaan bagi pasien dan rumah sakit.
Tak hanya itu penyesuaian terhadap ruas-ruas anggaran APBN juga harus begitu cermat mengikuti serangkaian program kesehatan yang dimulai pemerintahan Jokowi pada tahun ini. Jangan sampai program yang menjadi andalan mati di tengah jalan dan simpang siur anggaran yang digunakan menjadi hambatan kedepannya. Mengukur tingkat kesejahteraan dengan menggunakan konsep kemampuan masyarakat memenuhi kebutuhan dasar adalah yang paling sederhana, jaminan sosial adalah bentuk perlindungan sosial yang menjamin seluruh rakyat Indonesia agar memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
Bila kita membuka kembali file lama pada kepemimpinan presiden SBY program jaminan kesejahteraan sosial nasional (JKSN) yang kemudian terwujud dalam bentuk Jaminan Kesehatan Nasional dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu ke niscayaan. Komitmen pemerintah dan DPR memberlakukan Undang-undang Jaminan Kesejahteraan Sosial Nasional yang kemudian mengubah PT. Askes menjadi BPJS dan PT. Jamsostek. BJPS ketenaga kerjaan adalah untuk mempercepat pemerataan kesejahteraan sosial.
Progam bantuan ala Jokowi yang khas dengan sederet kartu-katu sakti ini memerlukan pengaturan yang optimal. Baik berupa fasilitas pendukung ataupun pendataan keluarga yang tepat sasaran. Sesuai dengan janji manis Jokowi-Jk dalam kampanyenya program paket bantuan ini di harapkan benar-benar dipergunakan untuk mensejahterakan, bukan sekedar bagi-bagi uang yang tak tepat sasaran kemudian di hambur-hamburkan.
Program BPJS yang di harapkan menjadi solusi bagi masayarakat kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan akan jaminan sosial malah menjadi halangan bagi mereka, proses administrasi yang berbelit-belit hingga ketersediaan obat mebuat masyarakat kecewa dengan BPJS. Setiap warga negara Indonesia dan warga negara asing yang sudah berdiam di Indonesia selama 6 bulan meski menjadi anggota BPJS, sesuai pasal 14 Undang-Undang BPJS. Jaminan kesehatan yang sudah berjalan sejak tahun 2014 agar di siapkan lebih matang baik dari segi pelayanan maupun insprastruktur hingga program BPJS dapat berjalan dengan baik.
Sektor Ekonomi ditandai dengan ketidakpastiannya pemerintah menaik-turunkan harga BBM, simpang siur tentang harga menjadi kendala utama di masyarakat kelas bawah. Dengan kenaikan harga BBM tersebut tentu saja masyarakat kalangan bawah yang notabene terbesar di Indonesia merasakan dampak keresahan. Imbasnya segala sektor bahan pokok pun melonjak hingga 100 persen bahkan lebih.
Sejumlah langkah mengecewakan pun dilaksanakan diantaranya naik-turunnya harga bahan bakar minyak. Pemerintah menaikkan harga BBM menjadi Rp 8.500 per liter disaat harga minyak mentah dunia turun, namun kembali diturunkan sebanyak dua kali hingga saat ini menjadi Rp 6.600 per liter. hasilnya BBM sudah turun tapi harga sembako malah melambung. Tak hanya itu kebijakan menaikan BBM di ikuti oleh naiknya harga gas elpiji 12 kg, tak ada kepastian jelas dari pemerintah padahal harga-harga di pasar sudah terlanjur naik ke level paling tinggi.
Kebijakan kontroversial dibidang penerbangan pun mencuat tentang penghpusan tiket murah yang  banyak memicu reaksi keras dari banyak kalangan, salah satunya para backpacker atau budget traveler. Padahal pemberlakuan tiket murah sudah berlagsung sejak lama sebelum pemerintahan jokowi saat ini. Kejadian ini merugikan banyak kalangan apalagi bagi para backpaker. Sudah jelas  mau tak mau memaksa para backpacker untuk memikirkan ulang perjalanan mereka dengan kondisi saat ini. Salah satu motto backpaker “dengan biaya seminimal mungkin mendapatkan pengalaman yang semaksimal mungkin” motto tersebut tak lagi menjadi patokan untuk keadaan saat ini.
Penghapusan harga tiket murah disinyalir kuat untuk memperbaiki sistem keselamatan penerbangan, kendati demikian harga murah bukan karena perusahaan maskapai acuh terhadap keselamatan penumpang. Padahal maskapai penebangan hanya menekan biaya pelayanan sehingga harga tiket menjadi murah bukan menekan standar keselamatan penerbangan itu sendiri.
Lahan tambang di bumi cendrawasih pun menjadi persoalan baru pemerintah saat ini. Pemerintah Jokowi-JK dinilai tidak patuh amanat UU Minerba yang mengharamkan perusahaan tambang mengekspor bahan mentah. Banyak kalangan menuding perpanjangan izin yang diberikan pemerintah sengaja dilakukan di tengah kegaduhan kisruh KPK-Polri. Sampai saat ini freeport menjadi polemik besar bagi Indonesia, kekayaan alam Indonesia terus dinikmati oleh negara asing padahal tak jauh dari lokasi penambangan masih banyak warga negara indonesia yang membutuhkan jamianan kesehatan dan sosial yang memang sampai saat ini masih belum merata.
Selain itu dari apa yang dilansir di merdeka.com, pemerintah berencana mengurangi setoran dividen sebesar Rp 9 triliun dalam Rancangan APBN Perubahan 2015. Sejalan dengan itu, pemerintah menambah alokasi dana Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk ekspansi usaha perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebesar Rp 48 triliun. Rencana pengurangan setoran BUMN ke negara tidak logis. Pola pikir pemerintahan Jokowi-JK mengada-ada. Sebenarnya pemerintah dapat menjadikan BUMN sebagai agen untuk meraih pendapatan terbesar negara kedua selain pajak. bukan memutuskan bakal memberikan suntikan dana kepada Kementerian BUMN.
Polemik Subsidi pun mencuat, pemerintah saat ini telah mencabut subsidi untuk rakyat, tapi kemudian BUMN malah disubsidi dengan anggaran milyaran rupiah, tak logis. Di mana logikanya, kenapa rakyat dicabut subsidinya tapi BUMN mendapat kucuran dana yang sangat besar. Mudah-mudahan uang itu tidak mampir ke kantong-kantong pribadi mafia Indonesia.
Tak hanya itu baru seratus hari bekerja konflik demi konflik justru bertebaran, perseteruan antara KPK-Polri semakin memanas. Drama adu kuat di pertontonkan ke publik, susul-menyusul para petinggi Polri dan KPK dijadikan tersangka. Sejumlah Komisioner KPK pun dipidanakan kepolisian. Publik pun murka, aksi memprotes kriminalisasi KPK terjadi di sejumlah daerah. Presiden Jokowi di anggap tidak tegas dalam menyelesaikan kasus KPK dan Polri. Rekomendasi soal jadi tidaknya Budi Gunawan dilantik menjadi kapolri juga tak jelas karena Tim 9 dan Watimpres tak satu suara.
Seharusnya, konflik antara KPK dan Polri tak harus berkepanjangan jika saja Jokowi dapat mengambil keputusan yang tegas dalam kasus ini. Padahal masih banyak kasus yang lebih penting ketimbang perselisihan tersebut, seperti halnya pemerataan pendidikan dan kesejahteraan daerah-daerah tertinggal.
Memang 100 hari kerja tak menjadi tolak ukur lima tahun kedepan, tapi dengan kondisi seperti ini sudah banyak kegaduhan di pemerintahan yang merugikan warga negara. Cerminan kekisruhan saat ini seharusnya menjadi tolak ukur pemerintahan Jokowi-Jk bukan hanya menjadi alat penyalur kekuasaan Mega-Paloh semata.
Tak menutup kemungkinan jika pemerintahan Jokowi tetap seperti ini seratus hari kedepan Indonesia akan mempunyai presiden yang baru, pengendali stir pemerintahan. Pemerintahan Jokowi-Jk harus segera di benahi dan dievaluasi. Kisruh yang terjadi belakangan ini dalam pemerintahan Jokowi dapat menjadi celah bagi lawan politik nya untuk menjatuhkan Jokowi. Senada dengan itu lawan politik pemerintahan Jokowi pun tak akan tinggal diam melihat peluang penjegalan Jokowi, apalagi dengan kondisi saat ini dapat menjadi peluang besar bagi mereka melenggang mulus ke Istana.
Melemahnya pemerintahan Jokowi diakbibatkan ulah KIH sendiri, selain itu jokowi melakukan kesalahan karena melilih sejumlah pejabat yang tak tepat dalam jajaran kabinetnya. Layaknya seorang Kapten dalam kapal tempur menunjuk sang teknisi mesin untuk menjadi navigator perang. Fatalnya jika tetap seperti ini pada dua tahun ke dapan berbagai lapisan elemen masyarakat di Indonesia akan menuntut Jokowi untuk hengkang dari kursi tertinggi di Indonesia serta akan terjadi Revolusi Indonesia.
Seruan-seruan suara para aktivis sama sekali tak didengar, angin berlalu senada tanggapan yang di lontarkan oleh pemerintah, tak digubris. Kemelut bola panas perpolitikan semakin mencuat, laras-laras panjang disiapkan para panglima politik di medan konsolidasi pemerintahan. Satu demi satu dijatuhkan dihadapan masyarakat awam, pamer kekuatan terus gencar diserukan. Titik terang yang diharap hanya berkabut gelap pada awan hitam yang semakin pekat. Meruncing, ya, tertawa sedu berpola penghakiman gemar diserukan seakan ia dewa tak ber-dosa.  // (Calam Rahmat)//

0 komentar:

Posting Komentar