Penyebaran teknologi internet dan komunikasi
digital di abad kedua puluh satu ini akan melihat bahwa informasi dikonfirmasi sebagai
yang paling sumber daya global yang penting, dan jurnalisme sebagai modus
dominan ekspresi budaya dalam masyarakat kapitalis maju. (McNair, 1998: 10).
Kita sedang memasuki fase baru
konektivitas. Pertukaran informasi sekarang semakin banyak disusul dengan
semakin banyaknya di ciptakan alat komunikasi digital. Perubahan ini dalam pola
interaksi memiliki implikasi berat bagi masyarakat kita.
Jurnalisme secara luas dipahami
sebagai bagian penting dari masyarakat demokratis. Dibangun atas dasar sejarah,
teknologi, politik dan ekonomi serta faktor-faktor di lingkungan sekitarnya.
McNair menjelaskan, “jurnalistik berita adalah produk dari interaksi dari semua
faktor lingkungan dalam yang dibentuk” ( McNair, 2006: 48). Kita hidup di dunia
transformasi, yang mempengaruhi hampir setiap aspek dari apa yang kita lakukan.
Untuk lebih baik atau lebih buruk, kita sedang didorong ke dalam tatanan global
yang tidak ada yang sepenuhnya memahami, namun efek yang dibuatnya dirasakan
oleh kita semua.
Perkembangan teknologi digital
memungkinkan pertukaran informasi secara global. Featherstone mencatat bahwa
globalisasi mencakup proses-proses yang melampaui unit negara - masyarakat dan
karena itu dapat diselenggarakan terjadi pada level trans -nasional atau trans
– sosial. Proses demikian terdiri atas konsekuensi untuk struktur konektivitas
dan yang pasti terikat bersama-sama dengan kemajuan teknologi. Tanpa alat
teknologi, penyampaian informasi melalui jarak dan melalui ruang tidak akan
mungkin. Teknologi memfasilitasi apa yang disebutkan oleh Tomlinson yaitu
'konektivitas kompleks', mereka memungkinkan interaksi lintas batas dan
meletakkan landasan bagi proses globalisasi.
Salah
satu ilmuan berpendapat bahwa “teknologi informasi dan komunikasi telah membuat
interkonektivitas global yang realitas”. Teknologi komunikasi memfasilitasi prooses
globalisasi, karena cara mereka mengatasi ruang dan waktu, yang demikian
memungkinkan individu untuk membebaskan diri dari kendala fisik, dan
beradaptasi dengan konteks global, terlepas dari di mana mereka ( Sinclair ,
2004: 67 ). Atau seperti Robertson (1992 : 8) mengklaim bahwa dunia sedang
'dikompresi' sekarang, teknologi sebagai sarana menghubungkan tempat dan
membawa mereka hampir dekat bersama-sama. Media memainkan peran penting di sini,
karena mereka memungkinkan untuk menjalankan kontrol atas dikompresi, ruang
global ini.
Sepertti
halnya dalam beberapa konteks kehidupan kita tidak, sedikit orang
mengekspresikan pikirannya memalui jejaring sosial media, yang kemudian
berdampak pada khalayak umum. Ini terjadi karena mereka beranggapan bahwa hal
ini di lakukan karena dengan demikian masyarakat umum akan mengetahui kejadian
apa yang sedang terjadi di sekitar kita.
Misalnya jurnalisme warga (citizen journalism) atau
menurut Mark Glaser di Mediashift
menyebutkan “Networked journalism (jurnalisme berjejaring)” adalah
aktivitas jurnalistik yang
dilakukan oleh warga biasa (bukan wartawan). Berita atau informasi yang
diproduksi dan disebarluaskan melalui berbagai media, termasuk media sosial dan blog. Serta banyak juga media mainstream yang
memberikan ruang bagi jurnalisme warga, seperti Republika Online, HOKI (Harian Online Kabar Indonesia),
dan Kompas (Kompas Freez).
Tidak
dapat dipungkiri bahwa internet telah banyak berjasa menjadi media komunikasi
dan penyebaran informasi yang cepat dan tidak terbatas. Informasi yang
dibutuhkan bisa dengan lebih mudah diakses oleh khalayak. Hal itu pula yang
menjadi faktor kegiatan Jurnalistik berkembang pada dunia
online. Baik wartawan ataupun jurnalis warga bisa dengan mudah menyebarkan
informasi yang didapat melalui internet. Sekarang juga sudah banyak
portal-portal berita yang kapan saja dapat diakses. Para wartawan online bisa
menuliskan berita di hp ataupun smartphone dan langsung mengirim berita yang
didapat kepada redaktur dan berita tersebut bisa langsung di posting dalam
hitungan detik.
Selain perkembangan teknologi informasi,
jurnalisme warga diilhami pula oleh kekecewaan publik terhadap media mainstream
yang mengalami kelunturan idealisme. Publik mulai mencium aroma kapitalisme di
tubuh media mainstream. Publik merasa mesin kapitalisme telah menggerus
idealisme media mainstream yang notabene menjunjung kebenaran.
Dari
sudut tertentu wawasan lokal, penegetahuan akan informasi, maupun kepentingan
lainnya sangat di untungkan dengan adanya teknologi seperti ini, terlebih lagi
dengan bantuan teknologi digital yang semakin canggih. Wartawan dalam banyak
kasus sekarang memiliki akses lebih besar ke sejumlah sumber informasi lokal
dan dapat memperluas jaringan mereka sebagai penyedia informasi. Sumber-sumber
ini tidak hanya termasuk koresponden asing Generasi X atau hanya sekedar
koresponden lokal lokal.
.Apalagi
pada saat ini internet berkembang begitu pesat dengan berbagai fitur jejaring
sosialnya, dengan demikian beberapa media mainstream banyak yang memanfaatkan keadaan tersebut,
sehingga semakin ramai media mainstream memiliki citizen journalism,
dengan hanya menggunakan media sosial seperti “Twitter” pada saat ini, yang
memungkinkan informasi menjadi semakin update hanya dengan hitungan
detik saja.
“Selain itu di sisis lain banyak dampak positif
yang di hasilkan oleh citizen journalism atau jurnalisme warga, salah satunya
citizen jurnalisme warga memebuka ruang untuk komentar publik. Dalam ruang itu
pembaca atau khalayak bisa bereaksi, memuji, mengkritik, atau menambahkan bahan
tulisan jurnalisme professional, pada media cetak biasanya di kenal dengan
surat pembaca” menurut Steve.
Ada juaga Bloghouse warga, bentuknya
blog-blog gratisan yang dikenal, misalnya ada wordpress ataupun blogger.
Melalui blog, orang bisa berbagi cerita tentang dunia, dan bisa menceritakan
dunia berdasarkan pengalaman dan sudut pandangnya. Yang terkadang beberapa
sudut pandang seseorang bisa di batasi oleh kepentingan beberapa kelompok tapi
dengan bloghouse seperti ini ekspresi orang-orang akan sedikit terbayarkan
tinggal bagaimana khalayak umum yang menilainya.
Semakin pesat perkembangan
teknologi entah itu kapan pertama kali buming di belahan bumi ini, semakin
pesat dan cepatnya oang-orang mendapatkan informasi entah sampai mana
orang-orang merasa puas dengan informasi-informasi tersebut, dan semakin banyak
orang-orang yang menjadi perwarta berita nonprofesioanl yang mungkin suatu saat
nanti akan menggeser pewarta berita yang professional. Dengan demikian tinggal
mereka di luar sana yang menilai apakah berita yang di muat itu actual atau
malah sebaliknya hanya mementingkan beberapa kelompok.
Pelajaran mendasar adalah bahwa teknologi pers
tidak melakukan baik atau buruk untuk masyarakat (Castells dan Ince, 2003:59).
Tidak peduli seberapa kuat dampak teknologi pada kehidupan manusia, kareran
mungkin bagian yang paling aktif dalam interaksi tersebut antara teknologi dan
orang-orang tersebut masih manusia di belakang mesin dan bukan mesin dalam diri
mereka. "Karena teknologi yang digunakan ketika Penggunaan ditemukan untuk
mereka, bukan sebelumnya '(Ibid.: 30).
( Ansgard Heinrich “Network Jurnalism” , http://romeltea.com/, http://essayjurnal08.blogspot.com/ )
Calam Rahmat (1994 ~ 2123)
0 komentar:
Posting Komentar