Sabtu, 27 September 2014

Network Jurnalilsm “Di Era Sekarang”


Penyebaran teknologi internet dan komunikasi digital di abad kedua puluh satu ini akan melihat bahwa informasi dikonfirmasi sebagai yang paling sumber daya global yang penting, dan jurnalisme sebagai modus dominan ekspresi budaya dalam masyarakat kapitalis maju. (McNair, 1998: 10).
Kita sedang memasuki fase baru konektivitas. Pertukaran informasi sekarang semakin banyak disusul dengan semakin banyaknya di ciptakan alat komunikasi digital. Perubahan ini dalam pola interaksi memiliki implikasi berat bagi masyarakat kita.
Jurnalisme secara luas dipahami sebagai bagian penting dari masyarakat demokratis. Dibangun atas dasar sejarah, teknologi, politik dan ekonomi serta faktor-faktor di lingkungan sekitarnya. McNair menjelaskan, “jurnalistik berita adalah produk dari interaksi dari semua faktor lingkungan dalam yang dibentuk” ( McNair, 2006: 48). Kita hidup di dunia transformasi, yang mempengaruhi hampir setiap aspek dari apa yang kita lakukan. Untuk lebih baik atau lebih buruk, kita sedang didorong ke dalam tatanan global yang tidak ada yang sepenuhnya memahami, namun efek yang dibuatnya dirasakan oleh kita semua.
Perkembangan teknologi digital memungkinkan pertukaran informasi secara global. Featherstone mencatat bahwa globalisasi mencakup proses-proses yang melampaui unit negara - masyarakat dan karena itu dapat diselenggarakan terjadi pada level trans -nasional atau trans – sosial. Proses demikian terdiri atas konsekuensi untuk struktur konektivitas dan yang pasti terikat bersama-sama dengan kemajuan teknologi. Tanpa alat teknologi, penyampaian informasi melalui jarak dan melalui ruang tidak akan mungkin. Teknologi memfasilitasi apa yang disebutkan oleh Tomlinson yaitu 'konektivitas kompleks', mereka memungkinkan interaksi lintas batas dan meletakkan landasan bagi proses globalisasi.
Salah satu ilmuan berpendapat bahwa “teknologi informasi dan komunikasi telah membuat interkonektivitas global yang realitas”. Teknologi komunikasi memfasilitasi prooses globalisasi, karena cara mereka mengatasi ruang dan waktu, yang demikian memungkinkan individu untuk membebaskan diri dari kendala fisik, dan beradaptasi dengan konteks global, terlepas dari di mana mereka ( Sinclair , 2004: 67 ). Atau seperti Robertson (1992 : 8) mengklaim bahwa dunia sedang 'dikompresi' sekarang, teknologi sebagai sarana menghubungkan tempat dan membawa mereka hampir dekat bersama-sama. Media memainkan peran penting di sini, karena mereka memungkinkan untuk menjalankan kontrol atas dikompresi, ruang global ini.
Sepertti halnya dalam beberapa konteks kehidupan kita tidak, sedikit orang mengekspresikan pikirannya memalui jejaring sosial media, yang kemudian berdampak pada khalayak umum. Ini terjadi karena mereka beranggapan bahwa hal ini di lakukan karena dengan demikian masyarakat umum akan mengetahui kejadian apa yang sedang terjadi di sekitar kita.
 Misalnya jurnalisme  warga (citizen journalism) atau menurut Mark Glaser di Mediashift menyebutkan “Networked journalism (jurnalisme berjejaring)” adalah aktivitas jurnalistik yang dilakukan oleh warga biasa (bukan wartawan). Berita atau informasi yang diproduksi dan disebarluaskan melalui berbagai media, termasuk media sosial dan blog. Serta banyak juga media mainstream yang memberikan ruang bagi jurnalisme warga, seperti Republika Online, HOKI (Harian Online Kabar Indonesia), dan Kompas (Kompas Freez).
Tidak dapat dipungkiri bahwa internet telah banyak berjasa menjadi media komunikasi dan penyebaran informasi yang cepat dan tidak terbatas. Informasi  yang dibutuhkan bisa dengan lebih mudah diakses oleh khalayak. Hal itu pula yang menjadi faktor kegiatan Jurnalistik berkembang pada dunia online. Baik wartawan ataupun jurnalis warga bisa dengan mudah menyebarkan informasi yang didapat melalui internet. Sekarang juga sudah banyak portal-portal berita yang kapan saja dapat diakses. Para wartawan online bisa menuliskan berita di hp ataupun smartphone dan langsung mengirim berita yang didapat kepada redaktur dan berita tersebut bisa langsung di posting dalam hitungan detik.
Selain perkembangan teknologi informasi, jurnalisme warga diilhami pula oleh kekecewaan publik terhadap media mainstream yang mengalami kelunturan idealisme. Publik mulai mencium aroma kapitalisme di tubuh media mainstream. Publik merasa mesin kapitalisme telah menggerus idealisme media mainstream yang notabene menjunjung kebenaran.
Dari sudut tertentu wawasan lokal, penegetahuan akan informasi, maupun kepentingan lainnya sangat di untungkan dengan adanya teknologi seperti ini, terlebih lagi dengan bantuan teknologi digital yang semakin canggih. Wartawan dalam banyak kasus sekarang memiliki akses lebih besar ke sejumlah sumber informasi lokal dan dapat memperluas jaringan mereka sebagai penyedia informasi. Sumber-sumber ini tidak hanya termasuk koresponden asing Generasi X atau hanya sekedar koresponden lokal lokal.
.Apalagi pada saat ini internet berkembang begitu pesat dengan berbagai fitur jejaring sosialnya, dengan demikian beberapa media mainstream banyak yang memanfaatkan keadaan tersebut, sehingga semakin ramai media mainstream memiliki citizen journalism, dengan hanya menggunakan media sosial seperti “Twitter” pada saat ini, yang memungkinkan informasi menjadi semakin update hanya dengan hitungan detik saja.
“Selain itu di sisis lain banyak dampak positif yang di hasilkan oleh citizen journalism atau jurnalisme warga, salah satunya citizen jurnalisme warga memebuka ruang untuk komentar publik. Dalam ruang itu pembaca atau khalayak bisa bereaksi, memuji, mengkritik, atau menambahkan bahan tulisan jurnalisme professional, pada media cetak biasanya di kenal dengan surat pembaca” menurut Steve.
Ada juaga Bloghouse warga, bentuknya blog-blog gratisan yang dikenal, misalnya ada wordpress ataupun blogger. Melalui blog, orang bisa berbagi cerita tentang dunia, dan bisa menceritakan dunia berdasarkan pengalaman dan sudut pandangnya. Yang terkadang beberapa sudut pandang seseorang bisa di batasi oleh kepentingan beberapa kelompok tapi dengan bloghouse seperti ini ekspresi orang-orang akan sedikit terbayarkan tinggal bagaimana khalayak umum yang menilainya.
Semakin pesat perkembangan teknologi entah itu kapan pertama kali buming di belahan bumi ini, semakin pesat dan cepatnya oang-orang mendapatkan informasi entah sampai mana orang-orang merasa puas dengan informasi-informasi tersebut, dan semakin banyak orang-orang yang menjadi perwarta berita nonprofesioanl yang mungkin suatu saat nanti akan menggeser pewarta berita yang professional. Dengan demikian tinggal mereka di luar sana yang menilai apakah berita yang di muat itu actual atau malah sebaliknya hanya mementingkan beberapa kelompok.
Pelajaran mendasar adalah bahwa teknologi pers tidak melakukan baik atau buruk untuk masyarakat (Castells dan Ince, 2003:59). Tidak peduli seberapa kuat dampak teknologi pada kehidupan manusia, kareran mungkin bagian yang paling aktif dalam interaksi tersebut antara teknologi dan orang-orang tersebut masih manusia di belakang mesin dan bukan mesin dalam diri mereka. "Karena teknologi yang digunakan ketika Penggunaan ditemukan untuk mereka, bukan sebelumnya '(Ibid.: 30).

( Ansgard Heinrich “Network Jurnalism” , http://romeltea.com/, http://essayjurnal08.blogspot.com/ )
 Calam Rahmat (1994 ~ 2123)

0 komentar:

Posting Komentar