BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Indonesia
adalah bangsa yang majemuk, terkenal dengan keanekaragaman dan keunikannya.
Kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia merupakan kebudayaan yang
majemuk pula dan sangat kaya ragamnya. Indonesia sendiri terdiri dari berbagai
suku bangsa, yang mendiami belasan ribu pulau. Masing-masing suku bangsa
memiliki keanekaragaman budaya tersendiri. Di setiap budaya tersebut terdapat
nilai-nilai sosial dan seni yang tinggi. Pada kondisi saat ini kebudayaan mulai
ditinggalkan, bahkan sebagian masyarakat Indonesia malu akan kebudayaannya
sebagai jati diri sebuah bangsa.
Perbedaan
yang terjadi dalam kebudayaan Indonesia dikarenakan proses pertumbuhan yang
berbeda dan pengaruh dari budaya lain yang ikut bercampur di dalamnya. Dilihat
dari perkembangan zaman di era globalisasi sekarang amatlah pesat karena
penemuan-penemuan baru di segala bidang. Penemuan-penemuan baru di dunia
teknologi misalnya yang di dominasikan oleh negara-negara barat, membuat kita
takjub sehingga kita hanya dapat menggelengkan kepala serta dapat menikmati dan
memakainya sebagai bangsa Indonesia.
Oleh
karena itu, untuk meningkatkan ketahanan budaya bangsa, maka Pembangunan Nasional
perlu bertitik-tolak dari upaya-upaya pengembangan kesenian yang mampu
melahirkan “nilai-tambah kultural”. Seni-seni lokal dan nasional perlu tetap
dilanggengkan, karena berakar dalam budaya masyarakat. Melalui
sentuhan-sentuhan nilai-nilai dan nafas baru, akan mengundang apresiasi dan
menumbuhkan sikap posesif terhadap pembaharuan dan pengayaan karya-karya seni.
Di sinilah awal dari kesenian menjadi kekayaan budaya dan “modal
sosial-kultural” masyarakat.
B. Rumusan
Masalah
1.
Perkembangan budaya asing di Indonesia
2.
Pengaruh budaya asing terhadap eksistensi jati
diri bangsa Indonesia
3.
Bagaimana cara untuk mengantisipasi dampak
negatif masuknya budaya asing ke Indonesia yang banyak merusak adat kebiasaan
dan dapat menimbulkan perilaku yang menyimpang dimasyarakat.
4.
Pengaruh masuknya budaya asing ke Indonesia
khusunya di kalangan remaja.
C.
Manfaat dan Tujuan
1.
Memberikan informasi tentang dampak masuknya
kebudayaan Asing di Indonesia.
2.
Menyadarkan para remaja akan bahaya yang
mengancam negri kita dari dalam maupun luar.
3.
Mengetahui cara penanggulangan dari masalah
krisis budaya
4. Memberikan
gambaran tentang pengaruh masuknya kebudayaan Asing di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kebudayaan
Budaya
atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam
bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin
Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah
tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
"kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya
adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak
orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya
bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan
perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak
kegiatan sosial manusia. Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan
ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi
budaya:
“Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang
dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya
sendiri.”
"Citra
yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya
seperti "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu
dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali
anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan
dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling
bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku
orang lain.
Kebudayaan
sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw
Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah
untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits
memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut
Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma
sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius,
dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan
merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan
lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi,
kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.Dari berbagai
definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah
sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau
gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang
diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan
benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan
hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan
untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
B.
Perkembangan Budaya Asing di Indonesia
Indonesia
telah berakulturasi dengan berbagai kebudayaan dalam waktu yang lama. Letak
strategis Indonesia yang berada pasa jalur 2 pusat perdagangan internasional
pada masa lampau, India dan Cina, memberi pengaruh besar kebudayaan pribumi.
Dengan terjadinya pencampuran antara dua budaya tersebut maka mengembangkan
kebudayaan asli setempat.
Selain
dari pengaruh budaya asing pada masa lampau, perkembangan pesat era globalisasi
saat ini semakin menekan proses akulturasi budaya terutatama pengaruh budaya
Barat. Dengan kemajuan teknologi modern mempercepat akses pengetahuan tentang
budaya lain. Membawa perubahan sampai ke tigkat dasar kehidupan manusia di Indonesia.
Pengaruh interaksi dengan budaya Barat mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia.
Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat di negara ini, di tambah dengan
masalah persediaan bahan pangan, bahan energi, dan bahan industri strategis
yang kian langka, serta kesenjangan penguasaan teknologi semakin lebar berisiko
pada pergeseran perbedaan dan kepentingan di masyarakat.
Lebih
dari itu, kehadiran budaya Barat seakan mendominasi dan selalu menjadi
trend-centre masyarakat. Kebiasaan dan pola hidup orang barat seakan menjadi
cermin moderen. Hal ini jelas mengikis perilaku dan tindakan seseorang.
Hembusan
pengaruh Barat, di anggap sebagai ciri khas kemajuan dalam ekspresi kebudayaan
kekinian. Padahal belum tentu sesuai dengan kebutuhan situasi dan kondisi
masyarakat sendiri. Keadaan ini terus mengikis budaya dan kearifan lokal yang
menjadi warisan terjadi kebudayaan masyarakat nusantara. Dari sinilah juga
nilai tradisional secara perlahan mengalami kepunahan karena tidak mampu
bersaing dengan budaya moden dalam bentuk pergaulan masyarakat.
Pada
awalnya pintu masuk kebudayaan Asing di Indonesia adalah melalui kegiatan
penjajahan para orang Asing di Indonesia. Tidak hanya mengambil hasil
rempah-rempah dan menjajah pada umunya tetapi mereka juga menanamkan budaya
mereka untuk mencampuri kebudayaan Indonesia. Berbeda dengan masa penjajahan,
pada zaman sekarang pintu masuk kebudayaan Asing itu melalui kemajuan teknologi
dan informasi. Oleh Siauddin Sardar menyebut masa kini sebagai terjadinya
revolusi informasi seperti diulas dalam bukunya Tantangan Dunia Islam di abad
21. Dalam revolusi informasi tersebut, intervensi informasi sulit dibendung
oleh karena arusnya tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Setiap saat informasuk
sudah dapat memasuki setiap kantor dan rumah tangga sekalipun melalui media
massa cetak dan elektronik seperti surat kabar, televisi dan internet.
Revolusi
informasi salah satu cirinya adalah keterbukaan dan kebebasan informasi sungguh
sesuatu sulit dielakkan karena selain memberikan dampak positif seperti adanya
informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tapi sekaligus dampak
negatif seperti pergaulan bebas, pakaian yang memperlihatkan aurat, pola hidup
individual dan hedonis.
Julukan
yang sering dipakai untuk menggambarkan peradaban Barat dam
masyarakat-masyarakat komponen nya dewasa ini adalah peradaban “teknologis”.
Gambaran-gambaran optimistik tentang teknologi informasi dan perananya yang
bermanfaat, memajukan gagasan bahwa komputer tidak pernah salah; ia bisa
menyelesaikan semua problem masyrakat; ia bahkan dianggap sebagai “jampi-jampi
ajaib” yang bisa menyediakan informasi bagi semua orang. Kebanyakan para remaja
di negri ini telah dibodohi oleh gambaran indah dan berlebihan tentang
teknologi dan komunikasi ini.
Sejumlah
kecil negara sekarang dipandang sudah sampai ke tingkat modern, sedangkan
jumlah besarnya masih dalam proses ke arah itu. Moderenisasi kini telah bergema
di dunia. Negara-negara modern merasa bangga karena modernisasinya telah
berhasil, sedangkan negara-negara yang sedang berkembang dengan penuh gairah
menyertai gerak modernisasi itu.
Meskipun demikian, perkembangan teknologi di bidang
informasi tersebut, selain memberikan kebebasan untuk mengakses informasi
sebanyak-banyaknya akan tetapi tetap ada ruang bagi masyarakat untuk melakukan
pilihan-pilihan secara selektif sesuai kepentingan, kebutuhan masyarakat.
Disinilah peran semua pihak untuk terlibat dalam pemberdayaan masyarakat agar
mampu memilih dan memilah informasi siaran televisi atau konten informasi di
internet agar tidak terjebak dengan informasi kebudayaan asing yang
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dan ajaran agama yang dianutnya.
C.
Pengaruh Budaya Asing Terhadap Eksistensi
Jati Diri Bangsa Indonesia
Indonesia
di kenal sebagai negara multi etnis dan agama, dari situlah Indonesia memiliki
ragam Budaya yang berbeda-beda. Di setiap budaya tersebut terdapat nilai-nilai
sosial dan seni yang tinggi. Pada kondisi saat ini kebudayaan Indonesia kini
kian memudar secara perlahan. Hal ini dikarenakan semakin berkembangnya
teknologi yang akhirnya dapat memberikan dampak negatif terhadap kebudayaan
asli Indonesia.
Dengan
banyak berkembangnya media elektronik, kebudayaan barat dapat dengan mudah
masuk ke Indonesia, sehingga mulai mengubah pola pikir dan prilaku masyarakat
Indonesia. Kebudayaan barat yang masuk ke Indonesia sebenarnya memiliki dampak
positif dan negatif bagi masyarakat Indonesia. Dampak positif misalnya,
kreatifitas, inovasi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, hidup
disiplin dan profesionalitas dalan lain-lain.
Pengaruh
budaya asing lainnya yang bersifat positif adalah budaya baca tulis yang mulai
diterapkan pada masyarakat di segala lapisan sosial. Budaya asing tidak harus
selalu diartikan budaya yang berasal dari luar negeri, seperti budaya barat.
Namun, tidak bisa disangkal bahwa budaya barat berupa makanan, mode, seni, dan
iptek memang telah banyak memengaruhi budaya masyarakat di Indonesia. Pada abad
ke- 20 dan ke-21, pengaruh budaya asing di Indonesia dapat terlihat melalui terjadinya
gejala globalisasi. Dalam proses globalisasi terjadi penyebaran unsur-unsur
budaya asing dengan cepat melalui sarana teknologi, komunikasi, informasi, dan
transportasi.
Perpindahan unsur-unsur kebudayaan pun dapat terjadi
tanpa disertai adanya proses perpindahan kelompok manusia atau bangsa-bangsa
dari satu tempat ke tempat lainnya. Hal itu dapat terjadi dalam proses
perdagangan ataupun pelayaran, di mana para pedagang selain melakukan transaksi
dagang, juga memperkenalkan kebudayaan bangsa mereka. Demikian pula yang
dilakukan para penyebar agama. Agama Islam misalnya, masuk ke Indonesia dibawa
oleh pedagang dari Gujarat, Arab, dan Persia.
Proses penyebaran kebudayaan didominasi melalui jalur
perdagangan laut, maka dari itu penduduk di daerah pesisir memiliki kebudayaan
campuran. Pengaruh kebudayaan asing yang dibawa kaum pedagang ataupun pelaut
banyak memengaruhi pola kebudayaan masyarakat pribumi yang tinggal di daerah
pesisir atau di sekitar pelabuhan tempat mendaratnya pedagang asing. Pengaruh kebudayaan
asing terhadap kebudayaan lokal secara umum dapat dijumpai dalam berbagai
bentuk. Sebagai contoh sebagai berikut :
1)
Pengaruh Budaya Asing
terhadap Sistem Religi / Kepercayaan
Bergesernya sistem religi yang berakar pada
kepercayaan tradisional menuju sistem religi yang berlandaskan ajaran agama,
merupakan contoh konkret adanya pengaruh kebudayaan asing terhadap kebudayaan
lokal. Bangsa Indonesia pada awalnya menganut sistem kepercayaan kepada roh-roh
leluhur maupun kekuatan gaib yang diwariskan secara turun temurun. Namun, kini
telah terkikis dengan adanya ajaran agama yang menekankan kepada satu tujuan
penyembahan yakni Tuhan Yang Maha Esa. Meskipun demikian bukan berarti sistem
religi tradisional yang merupakan kebudayaan asli bangsa Indonesia telah punah.
Hal ini tampak dalam bentuk upacara adat tradisional yang telah mengalami
penyesuaian dengan sistem religi yang berdasarkan agama. Misal: upacara sedekah
laut, upacara sekaten, dan upacara yaqowiyu, merupakan bentuk-bentuk kebudayaan
yang menggabungkan unsur religi tradisional dengan agama.
2)
Pengaruh Budaya Asing
terhadap Sistem Pengetahuan
Setiap suku bangsa memiliki sistem pengetahuan yang
membentuk unsur kebudayaan lokal. Sebelum unsur pengetahuan kebudayaan asing
memengaruhi kebudayaan lokal, nenek moyang kita telah mengenal
pengetahuan tentang kemaritiman, gejala alam, perubahan musim, berburu,
bercocok tanam sampai kepada pengetahuan tentang pengobatan tradisional.
Masuknya kebudayaan asing dengan membawa bentuk sistem pengetahuan yang lebih
modern telah mengubah cara pandang masyarakat terhadap keadaan alam sekitarnya.
Pengetahuan tradisional yang cenderung berlandaskan pada kemampuan intuitif
yang irasional berubah ke pola pemikiran yang lebih rasional. Misal: penemuan
obatobatan tradisional merupakan bentuk pengembangan pengetahuan tradisional
terhadap khasiat tumbuhan yang dipadukan dengan pengetahuan modern (ilmu
farmasi), sehingga menghasilkan obat yang alami dan bebas dari bahan kimia.
Demikian halnya pengaruh kebudayaan asing di bidang pengetahuan yang berkaitan
dengan cara bercocok tanam, telah mengubah pola kehidupan petani tradisional
menjadi lebih produktif.
3)
Pengaruh Budaya Asing
terhadap Sistem Teknologi
Teknologi merupakan salah satu unsur kebudayaan yang
berkaitan dengan peralatan yang dipergunakan manusia untuk mengubah keadaan
sekitarnya maupun keadaan dirinya demi terpenuhinya kebutuhan hidup. Sistem
teknologi tradisional yang menjadi unsur kebudayaan lokal menyangkut tentang:
a.
alat-alat produksi
b.
senjata
c.
wadah
d.
alat untuk menyalakan
api
e.
makanan dan minuman
f.
pakaian dan perhiasan
g.
tempat berlindung
atau rumah;
h.
alat-alat
transportasi
Masuknya kebudayaan asing banyak memengaruhi teknologi
tradisional yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan manusia. Mekanisasi
dalam pertanian, telah menggeser peralatan tradisional dengan alat modern dalam
pengolahan tanah. Hal itu membawa dampak terhadap peningkatan produksi
pertanian.
4)
Pengaruh Budaya Asing
terhadap Sistem Kesenian
Dari waktu ke waktu kesenian tradisional sebagai salah
satu unsur kebudayaan lokal mulai ditinggalkan oleh masyarakatnya terutama para
generasi muda. Masuknya kesenian mancanegara yang dirasa lebih menarik dan
mewakili jiwa muda, banyak menggeser ruang gerak kesenian tradisional. Salah
satu upaya untuk mempertahankan kesenian tradisional agar tetap lestari adalah
dengan memadukan unsur-unsur kebudayaan asing ke dalam kesenian tradisional
tersebut. Misal: kesenian musik campur sari, merupakan bentuk kesenian yang
memadukan unsur-unsur kesenian tradisional dengan unsur-unsur kesenian modern.
Pementasan seni pertunjukan tradisional, seperti: lenong dan wayang kulit,
banyak menyisipkan unsur-unsur kesenian modern untuk menarik penonton khususnya
kalangan anak muda.
5)
Pengaruh Budaya Asing terhadap Bahasa
Bahasa merupakan sistem perlambang dalam komunikasi.
Salah satu ciri suatu suku bangsa adalah memiliki bahasa daerah yang merupakan
bahasa komunikasi antar warga dalam kelompok suku bangsa yang bersangkutan.
Pengaruh kebudayaan asing terhadap perkembangan bahasa daerah sangatlah besar.
Terutama di daerah pesisir, di mana penduduknya banyak berinteraksi dengan suku
bangsa lain (asing) yang memiliki komposisi bahasa yang berbeda dengan
komposisi bahasa induknya. Misal: bahasa Jawa yang diterapkan di daerah pesisir
berbeda dengan bahasa Jawa yang ada di daerah pedalaman.
Secara umum, pengaruh kebudayaan
asing khususnya dalam bahasa, bukan menghilangkan bahasa lokal, namun justru
memperkaya perbendaharaan kata dalam bahasa lokal tersebut. Banyak kata-kata
dalam bahasa Indonesia yang berasal dari kata-kata bahasa asing yang telah
diserap menjadi kosakata bahasa Indonesia.
6) Pengaruh Budaya Asing dalam
Era Globalisasi
Pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, Indonesia
telah memasuki era globalisasi. Kemajuan teknologi, komunikasi, informasi, dan
transportasi telah menyebabkan masuknya pengaruh budaya dari seluruh penjuru
dunia dengan cepat ke Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
globalisasi adalah proses terbentuknya sistem organisasi dan sistem komunikasi
antar masyarakat di seluruh dunia. Tujuannya adalah untuk mengikuti
sistem serta kaidah-kaidah yang sama. Pada era globalisasi, peristiwa
yang terjadi di suatu negara dapat diketahui dengan cepat oleh negara lain
melalui media massa, seperti televisi, radio, surat kabar atau internet.
D. Pengaruh
Budaya Asing Dikalangan Remaja
Kebudayaan
barat yang masuk ke Indonesia sebenarnya memiliki dampak positif dan negatif
bagi masyarakat Indonesia. Dampak positif misalnya, kreatifitas, inovasi
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, hidup disiplin dan profesionalitas
dalan lain-lain.. Dampak negatifnya kebudayaan asing atau barat terhadap
masyarakat Indonesia khususnya kalangan remaja sudah sampai tahap
memprihatinkan karena ada kecenderungan para remaja sudah melupakan kebudayaan
bangsanya sendiri.
Budaya
ikut-ikutan atau latah terhadap cara berpakaian misalnya. Para remaja tidak ingin
ingin dikatakan kuno, kampungan kalau tidak mengikuti cara berpakaian ala barat
karena dinilai modern, tren dan mengikuti perkembangan zaman meski
memperlihatkan auratnya yang dilarangan oleh ajaran agama maupun bertentangan
dengan adat istiadat masyarakat secara turun temurun.
Selain
cara berpakaian dan mode, pergaulan bebas dan cara berhura-hura di kalangan
remaja yang di lihat sebagi prilaku yang menyimpang baik secara agama maupun
sosial juga menjadi masalah bagi kebudayaan di Indonesia. Umumnya kalangan
remaja Indonesia berperilaku ikut-ikutan tanpa selektif sesuai dengan
nilai-nilai agama yang di anut dan adat kebiasaan yang mereka miliki.
Para
remaja juga merasa bahwa kebudayaan di negerinya sendiri terkesan jauh dari
moderenisasi. Sehingga para remaja merasa gengsi kalau tidak mengikuti
perkembangan zaman meskipun bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama dan
budayanya. Sehingga pada akhirnya para remaja lebih menyukai kebudayaan barat,
dibandingkan dengan kebudayaan kita sendiri.
E. Upaya Mengatasi Dampak Budaya Asing Masuk Ke Indonesia
Untuk mengatasi pengaruh kebudayaan Asing terhadap
kebudayaan Indonesia, khususnya untuk membentengi kalangan remaja dari pengaruh
negatif diperlukan pelibatan semua pihak terutama pemerintah dan tokoh-tokoh
masyarakat seperti, para ulama budayawan serta keterlibatan orang tua di rumah.
1) Peranan Pemerintah
Pemerintah hendaknya dapat mengambil
kebijakan strategis melalui penataan ulang sistem pendidikan terutama mengenai
pengaturan kurikulum. Umumnya di setiap sekolah menerapkan sistem pengajaran
pengetahuan mengenai ilmu keagamaan kepada para remaja sekolah dengan waktu
yang berjalan selama dua jam dalam se-minggu saja. Tentu saja ini kurang
memadai waktunya untuk mengharapkan sebuah perubahan prilaku siswa sehingga
memerluikan penambahan jam pelajaran atau kreatifitas guru bidang studi
tersebut dalam bentuk kegiatan keagamaan di lingkungan sekolah seperti kegiatan
pengajian atau kajian-kajian tematik menurut pandangan agama.
Sebaiknya pemerintah menata ulang sistem pendidikan dan mendorong
kreatifitas guru bidang studi. Mengenai pelajaran dan pemahaman keagamaan
sesungguhnya tidak hanya terpaku pada bidang study agama yang dinilai waktunya
kurang memadai tersebut tetap setiap guru mata pelajaran umum juga dapat memasukkan
nilai-nilai agama ketika mengajar di hadapan siswanya. Misalnya, mata pelajaran
geografi, guru dapat menjelaskan kekuasaan Tuhan menciptakan langit dan bumi,
sejarah perjuangan nasional yang dipelopori atau dimpin oleh ulama atau pejuang
Islam seperti Pengeran Diponegoro, Sultan Hasanuddin dan lainnya. Tokoh-tokoh
pejuang tersebut sekaligus merupakan bentuk perlawan terhadap penjajahan negara
asing yang inin menguasai wilayah dan sumber daya ekonomi Indonesia juga
sekaligus menyebarkan kebuadyaannya.
2) Peranan
Tokoh Agama dan Budaya
Peranan para ulama dan budayawan melalui
program kerja organisasi keaagamaan dan sanggar-sanggar budaya sangat strategis
untuk menangkal masuknya budaya asing dalam masyarakat khususnya kalangan
generasi muda. Keterlibatan para tokoh agama dan budaya melalui program kerja
organisasi keagamaan seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah dan yang
lainnya dapat diarahkan pada pembuinaan remaja agar memiliki ketahanan budaya
yang berbasis agama.
Begitu juga peranan para budayawan dan
seniman melalui organisasi atau sanggar seni dapat merancang program kerja yang
diminati oleh kalangan remaja sehingga mereka tidak tertarik dengan budaya
hura-hura yang datang dari budaya asing.
Kalau hal
ini dapat diperankan secara maksimal oleh para tokoh agama dan budayawan, maka
pola pembinaan generasi muda dapat diarahkan kepada penanaman nilai-nilai
Pancasila dan ajaran agama yang lebih terarah dan terukur, baik dari
kegiatan-kegiatan internal sekolah seperti pada proses belajar-mengajar maupun
di luar sekolah seperti remaja masjid, kesenian dan budaya. Dengan adanya
kebijakan ini remaja juga dapat berinterksi sosial secara langsung dengan
masyarakat sebagai pelaku sosial.
3) Peranan
orang tua dan keluarga
Keluarga
merupakan lingkungan anak yang paling banyak waktunya. Orang tua adalah figur
utama dalam keluarga yang paling bertanggujawab terhadap masa depan anak-anak
dan anggota keluarga lainnya. Oleh karena itu, lingkungan keluarga sangat berkontribusi
terhadap kualitas prilaku atau akhlak anggota keluarga terutama anak-anaknya.
Lingkungan keluarga dan lingkungan sosial harus tetap beriklim positif dalam
artian orang-orang yang ada dalam sekitar kita harus orang-orang yang “tidak
membawa kita kedalam kesesatan”. Orangtua harus bisa mengambil porsi lebih
banyak diantara porsi yang lainnya.
Peran
orang tua sangat amat dibutuhkan, selain mengawasi anak-anak dan dengan siapa
dia bergaul, tetapi sesekali orang tua harus turun langsung mengawasi anak-anaknya
agar jangan sampai anak-anaknya bisa salah gaul. Pada masyarakat modern,
seorang remaja sangat tergantung pada cara orang tua atau keluarga mendidiknya.
Melalu interaksi dalam keluarga, remaja akan mempelajari pola perilaku, sikap,
keyakinan dan cita-cita dan nilai dalam keluarga dan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa pengaruh-pengaruh kebudayaan asing turut dalam perkembangan
budaya Indonesia khususnya terhadap kehidupan, kebudayaan dan alam fikiran dapat
erusak ekosistem budaya di Indonesia ke depannya. Apalagi generasi mudanya juga
terpengaruhi dan mulai lupa akan budaya asli bangsa sendiri.
B.
Saran
Sebagai
generasi muda hendaknya dapat berperilaku yang selektif terhadap pengaruh
globalisasi sesuai dengan nilai-nilai agama yang di anut dan adat kebiasaan di
negrinya. Serta menanamkan nilai-nilai pancasila dan melaksanakan ajaran Agama
dengan sebaik-baiknya. Dan jangan lupa memiliki semangat nasionalisme yang
tangguh, seperti mencintai produk dalam negeri.
DAFTAR
PUSTAKA
Sita,
Putu Sadhvi, Pengaruh Kebudayaan Asing Terhadap Kebudayaan Indonesia di
kalangan Remaja. Institur Sepuluh November Surabaya : 2013
Sidi
Gazalba, Islam & Perubahan Sosiobudaya. Jakarta : Pustaka AlHusna, 1983.
Indriyawati, E. 2009. Antropologi 1 : Untuk Kelas XI
SMA dan MA. Pusat Perbukuan Departemen Nasional, Departemen Pendidikan
Nasional, Jakarta.
Lies, S. dan Budiarti, A. C. 2009. Antropologi Jilid 1
: Untuk Kelas XI SMA dan MA. Pusat Perbukuan Departemen Nasional, Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta.
1 komentar:
1xbet korean - legalbet.co.kr
This website worrione offers a casino, casino, sportsbook and online betting on horse racing. It 1xbet is a reputable online bookmaker and has over 40 years of deccasino
Posting Komentar