Minggu, 03 Juni 2012

KOMPONEN UTAMA MESIN SEPEDA MOTOR


KOMPONEN UTAMA PADA MESIN SEPEDA MOTOR
Komponen utama pada mesin sepeda motor yaitu:
1. Kepala silinder (cylinder head)
2. Blok silinder mesin (cylinder block)
3. Bak engkol mesin (crankcase)
Jadi, tiga bagian utama tersebut merupakan tulang punggung
bagi kendaraan bermotor roda dua.


Pada tahap pertama mempelajari mesin secara teori maupun
praktek, terlebih dahulu diperlukan pengetahuan tentang nama-nama,
lokasi dan fungsi dari komponen-komponennya.
1. Kepala Silinder (Cylinder Head)
Kepala silinder bertumpu pada bagian atas blok silinder. Titik
tumpunya disekat dengan gasket (paking) untuk menjaga agar tidak
terjadi kebocoran kompresi, disamping itu agar permukaan metal kepala
silinder dan permukaan bagian atas blok silinder tidak rusak. Kepala
silinder biasanya dibuat dari bahan Aluminium campuran, supaya tahan
karat juga tahan pada suhu tinggi serta ringan. Biasanya bagian luar
kontruksi kepala silinder bersirip, ini untuk membantu melepaskan panas
pada mesin berpendingin udara.
2. Blok Silinder Mesin
Silinder liner dan blok silinder merupakan dua bagian yang
melekat satu sama lain. Daya sebuah motor biasanya dinyatakan oleh
besarnya isi silinder suatu motor. Silinder liner terpasang erat pada blok,
dan bahannya tidak sama. Silinder liner dibuat dari bahan yang tahan
terhadap gesekan dan panas, sedangkan blok dibuat dari besi tuang
yang tahan panas. Pada mulanya, ada yang merancang menjadi satu,
sekarang sudah jarang ada. Sekarang dibuat terpisah berarti silinder liner
dapat diganti bila keausannya sudah berlebihan. Bahannya dibuat dari
besi tuang kelabu. Untuk motor-motor yang ringan seperti pada sepeda
motor bahan ini dicampur dengan alumunium. Bahan blok dipilih agar
memenuhi syarat-syarat pemakaian yaitu: Tahan terhadap suhu yang
tinggi, dapat menghantarkan panas dengan baik, dan tahan terhadap
gesekan. 
Blok silinder merupakan tempat bergerak piston. Tempat piston
berada tepat di tengah blok silinder. Silinder liner piston ini dilapisi bahan
khusus agar tidak cepat aus akibat gesekan. Meskipun telah mendapat
pelumasan yang mencukupi tetapi keausan lubang silinder tetap tak
dapat dihindari. Karenanya dalam jangka waktu yang lama keausan
tersebut pasti terjadi. Keausan lubang silinder bisa saja terjadi secara
tidak merata sehingga dapat berupa keovalan atau ketirusan.
Masing-masing kerusakan tersebut harus diketahui untuk
menentukan langkah perbaikannya.

Cara mengukur keausan silinder:
1.    Lepaskan blok silinder
2.    Lepaskan piston
3.    Ukur diameter lubang silinder dengan ”dial indikator” bagian yang diukur bagian atas, tengah dan bawah dari lubang silinder. Pengukuran dilakukan dua kali pada posisi menyilang.
4.    Hitung besarnya keovalan dan ketirusan. Bandingkan dengan ketentuan pada buku manual servisnya. Jika besarnya keovalan dan ketirusan melebihi batas-batas yang diijinkan lubang silinder harus diover size. Tahapan over size adalah 0,25 mm, 0,50 mm, 0,75 mm dan 1,00 mm. Over size pertama seharusnya 0,25 mm dengan keausan di bawah 0,25 mm dan seterusnya. Jika silinder sudah tidak mungkin di over size maka penyelesaiannya adalah dengan diganti pelapis silindernya.

0 komentar:

Posting Komentar